HOME

Sabtu, 05 April 2014

Maaf aku tidak sengaja



Aku tidak sengaja mencuri-curi pandang ke arahmu
Aku tidak sengaja mengagumimu
Aku tidak sengaja membayangkan wangi parfummu
Aku tidak sengaja menyukai senyummu
Aku tidak sengaja mendengar renyah tawamu
Aku tidak sengaja mengharapkanmu
Aku tidak sengaja menikmati setiap saat bersamamu
Aku tidak sengaja menyandingkan namamu dengan namaku
Maaf, aku tidak sengaja mencintaimu
by:
Cut Dian Rahmawati

Senin, 24 Maret 2014

REPRODUKSI MEMBACA





















Judul                           : Evergreen

Penulis                         : Prisca Primasari

Penerbit                       : Grasindo

Jumlah halaman           : 203 halaman

Tahun terbit                 : 2013



            Evergreen bercerita tentang seorang gadis yang egois, suka mengeluh, dan hanya bisa menyalahkan keadaan, Rachel. Dia tidak pernah sadar bahwa semua kejadian yang menimpanya berasal dari kesalahannya sendiri. Dia selalu meminta tapi tak pernah mau memberi. Meminta dimengerti, meminta diperhatikan, dan meminta-meminta yang lain. Sampai pada puncaknya dia dipecat dari pekerjaannya sebagai editor di salah satu perusahaan percetakan ternama di Tokyo. Frustasi, putus asa, dan tak punya harapan itulah yang dia rasakan. Apa gunanya cerdas tapi pengangguran? Cantik tapi kesepian? Tak ada gunanya, dia benar-benar tak berguna.

            Sampai suatu hari dia tanpa sengaja mampir ke sebuah kedai es krim yang sangat menenangkan. Evergreen, ya itulah nama kedai tersebut, kedai yang akan mengubah hidup Rachel selamanya. Pelayannya sangat ramah dan sederhana, es krimnya sangat lezat dengan harga yang terjangkau. Tanpa dia sadari, setiap hari dia datang ke kedai itu hanya untuk menenangkan diri. Disini tak ada yang mengganggunya, bahkan dia baru akan pulang saat kedai mulai tutup. Setiap hari, dari pagi hingga malam hanya tersisa dia dan seorang lelaki setengah baya yang selalu duduk di pojok dan membaca buku Ryunosuke Akutagawa. Rachel heran kenapa setiap hari lelaki itu selalu membaca buku yang sama.

            Hari demi hari berlalu, lama-kelamaan Rachel mulai mengenal Yuya – sang pemilik kedai yang tampan, baik hati dan sederhana. Selain Yuya, masih ada Fumio, Gamma, Kari, dan Toshi. Rachel pun mendapat tawaran untuk bekerja di kedai tersebut. Setelah bekerja di kedai itulah Rachel baru menyadari betapa sederhananya orang-orang yang bekerja di kedai tersebut. Mereka sudah saling menganggap keluarga satu sama lain. Mereka tidak pernah mengeluh, walaupun ternyata mereka memiliki masalah yang lebih berat daripada masalah Rachel. Sungguh Rachel merasa malu karena selama ini selalu menghadapi masalahnya dengan keluhan. Dan yang membuat Rachel sangat menyesal yaitu dialah penyebab utama semua kesedihan yang dialami Tuan Toichiro-lelaki setengah baya yang selalu menbaca buku Ryunosuke Akutagawa di pojok kedai evergreen.

            Mampukah Rachel memperbaiki kesalahan-kesalahannya?

            Dalam novel evergreen ini Prisca Primasari kembali menyajikan satu kisah yang sangat menyentuh dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Penuturannya yang memikat dan setting tempat yang menarik yaitu di Jepang menjadi daya tarik yang sangat menjual. Semua tokoh dalam novel ini diceritakan memiliki masalah internal masing-masing tetapi tanpa disangka-sangka semua saling memiliki benang merah. Jalan ceritanya sulit ditebak sehingga membuat kita semakin penasaran untuk membaca novel ini.

            Menurut saya, hanya ada satu kekurangan dari novel ini yaitu penggunaan font yang terlalu kecil sehingga pada awal-awal membaca saya harus menyesuaikan mata saya dengan tulisannya. Sebaiknya memang tulisannya dibuat biasa saja dan fontnya diperbesar. Perubahan kecil ini tentunya tidak akan mengurangi keapikan cerita.

Jumat, 14 Maret 2014

JEJAK JEJAK KAKI



Suatu  malam  aku  bermimpi
Aku  berjalan  ditepi  pantai  dengan  Tuhan
Dibentangan  langit  gelap  tampak  kilasan-kilasan  adegan  hidupku
Ditiap  adegan  aku  melihat  dua  pasang  kaki  dipasir
Satu  pasang  jejak  kakiku,  yang  lain  jejak  kaki  Tuhan
Ketika  adegan  terakhir  terlintas  didepanku
Aku  menengok  kembali  pada  jejak  kaki  di pasir
Disitu  hanya  ada  satu  pasang jejak
Aku  mengingat  kembali  bahwa  itu  adalah  bagian  yang  tersulit  dan  paling  menyedihkan  dalam  hidupku
Hal ini  mengganggu  perasaanku  maka  aku  bertanya  pada  Tuhan  tentang  keherananku  itu
“Tuhan,  Engkau  berkata  ketika  aku  berketetapan  mengikuti  Engkau,  Engkau  akan  berjalan  dan  berbicara  denganku  sepanjang  jalan,  namun  ternyata  pada  masa  yang  paling  sulit  dalam  hidupku  hanya  ada  satu  jejak.  Aku  tak  memgerti  mengapa  justru  pada  saat  aku  sangat  membutuhkan  Engkau,  Engkau  menginggalkan  aku?”
Tuhan  berbisik, “Anak-Ku  yang  kukasihi,  aku  mencintai  kamu  dan  takkan  meninggalkan  kamu,  pada  saat  sulit  dan  penuh  bahaya  sekalipun,  ketika  kamu  melihat  hanya  ada  satu  pasang  jejak,  itu  adalah  ketika  aku  menggendong  kamu.”



(diambil  dari  FOOTPRINTS  oleh  Margareth  Fishback)

PUISI MALAM


Dalam  gelap  malam
Terdiam  kumembayangkan
Seandainya  kau  disini
Menemaniku  yang  sendiri

Walau  hanya  imaji
Sedikitnya  kubahagia
Meski  hanya  khayalku
Biar  ku  hanyut  dalam  suasana

Hangat  udara  malam
Kudekap  erat  dalam  pelukan
Tak  ingin  kulepaskan
Walau  hanya  sesaat

Engkaulah  bulanku
Yang  menyinari  malam  kelamku
Senyuman  manismu  sejukkan  hatiku
Ciptakan  kerinduan  di  jiwaku

Kemanakah  langkah  cinta  harus  berpijak?
Kemana  lagi  harus  kucari  belenggu  biru?
Di  mana  akan  kutemukan  pelita  itu?
Tuk  menyinari  ruang  hati  yang  kosong

Diri  ini  begitu  sunyi  tanpa  nafas  cintamu
Hati  ini  terasa  hampa  tanpa  jiwa  kasihmu
Karena  kamu  adalah  matahari  malam
Penghapus  sinar  beribu  bintang