Coretan Kecil
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan sederhana saya :)
HOME
Senin, 23 Juni 2014
Sabtu, 05 April 2014
Maaf aku tidak sengaja
Aku tidak sengaja mencuri-curi
pandang ke arahmu
Aku tidak sengaja mengagumimu
Aku tidak sengaja membayangkan
wangi parfummu
Aku tidak sengaja menyukai
senyummu
Aku tidak sengaja mendengar
renyah tawamu
Aku tidak sengaja mengharapkanmu
Aku tidak sengaja menikmati
setiap saat bersamamu
Aku tidak sengaja
menyandingkan namamu dengan namaku
Maaf, aku tidak sengaja
mencintaimu
by:
Cut Dian Rahmawati
Kamis, 27 Maret 2014
Senin, 24 Maret 2014
REPRODUKSI MEMBACA
Judul :
Evergreen
Penulis :
Prisca Primasari
Penerbit :
Grasindo
Jumlah halaman :
203 halaman
Tahun terbit :
2013
Evergreen
bercerita tentang seorang gadis yang egois, suka mengeluh, dan hanya bisa
menyalahkan keadaan, Rachel. Dia tidak pernah sadar bahwa semua kejadian yang
menimpanya berasal dari kesalahannya sendiri. Dia selalu meminta tapi tak
pernah mau memberi. Meminta dimengerti, meminta diperhatikan, dan
meminta-meminta yang lain. Sampai pada puncaknya dia dipecat dari pekerjaannya
sebagai editor di salah satu perusahaan percetakan ternama di Tokyo. Frustasi,
putus asa, dan tak punya harapan itulah yang dia rasakan. Apa gunanya cerdas
tapi pengangguran? Cantik tapi kesepian? Tak ada gunanya, dia benar-benar tak
berguna.
Sampai
suatu hari dia tanpa sengaja mampir ke sebuah kedai es krim yang sangat
menenangkan. Evergreen, ya itulah nama kedai tersebut, kedai yang akan mengubah
hidup Rachel selamanya. Pelayannya sangat ramah dan sederhana, es krimnya
sangat lezat dengan harga yang terjangkau. Tanpa dia sadari, setiap hari dia
datang ke kedai itu hanya untuk menenangkan diri. Disini tak ada yang
mengganggunya, bahkan dia baru akan pulang saat kedai mulai tutup. Setiap hari,
dari pagi hingga malam hanya tersisa dia dan seorang lelaki setengah baya yang
selalu duduk di pojok dan membaca buku Ryunosuke Akutagawa. Rachel heran kenapa
setiap hari lelaki itu selalu membaca buku yang sama.
Hari
demi hari berlalu, lama-kelamaan Rachel mulai mengenal Yuya – sang pemilik
kedai yang tampan, baik hati dan sederhana. Selain Yuya, masih ada Fumio,
Gamma, Kari, dan Toshi. Rachel pun mendapat tawaran untuk bekerja di kedai
tersebut. Setelah bekerja di kedai itulah Rachel baru menyadari betapa
sederhananya orang-orang yang bekerja di kedai tersebut. Mereka sudah saling
menganggap keluarga satu sama lain. Mereka tidak pernah mengeluh, walaupun
ternyata mereka memiliki masalah yang lebih berat daripada masalah Rachel. Sungguh
Rachel merasa malu karena selama ini selalu menghadapi masalahnya dengan
keluhan. Dan yang membuat Rachel sangat menyesal yaitu dialah penyebab utama
semua kesedihan yang dialami Tuan Toichiro-lelaki setengah baya yang selalu
menbaca buku Ryunosuke Akutagawa di pojok kedai evergreen.
Mampukah
Rachel memperbaiki kesalahan-kesalahannya?
Dalam
novel evergreen ini Prisca Primasari kembali menyajikan satu kisah yang sangat
menyentuh dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Penuturannya yang memikat dan
setting tempat yang menarik yaitu di Jepang menjadi daya tarik yang sangat
menjual. Semua tokoh dalam novel ini diceritakan memiliki masalah internal
masing-masing tetapi tanpa disangka-sangka semua saling memiliki benang merah.
Jalan ceritanya sulit ditebak sehingga membuat kita semakin penasaran untuk
membaca novel ini.
Menurut
saya, hanya ada satu kekurangan dari novel ini yaitu penggunaan font yang
terlalu kecil sehingga pada awal-awal membaca saya harus menyesuaikan mata saya
dengan tulisannya. Sebaiknya memang tulisannya dibuat biasa saja dan fontnya
diperbesar. Perubahan kecil ini tentunya tidak akan mengurangi keapikan cerita.
Jumat, 14 Maret 2014
JEJAK JEJAK KAKI
Aku berjalan
ditepi pantai dengan
Tuhan
Dibentangan langit
gelap tampak kilasan-kilasan adegan
hidupku
Ditiap adegan
aku melihat dua
pasang kaki dipasir
Satu pasang
jejak kakiku, yang
lain jejak kaki
Tuhan
Ketika adegan
terakhir terlintas didepanku
Aku menengok
kembali pada jejak
kaki di pasir
Disitu hanya
ada satu pasang jejak
Aku mengingat
kembali bahwa itu
adalah bagian yang
tersulit dan paling
menyedihkan dalam hidupku
Hal ini mengganggu
perasaanku maka aku
bertanya pada Tuhan
tentang keherananku itu
“Tuhan, Engkau
berkata ketika aku
berketetapan mengikuti Engkau,
Engkau akan berjalan
dan berbicara denganku
sepanjang jalan, namun
ternyata pada masa
yang paling sulit
dalam hidupku hanya
ada satu jejak.
Aku tak memgerti
mengapa justru pada
saat aku sangat
membutuhkan Engkau, Engkau
menginggalkan aku?”
Tuhan berbisik, “Anak-Ku yang
kukasihi, aku mencintai
kamu dan takkan
meninggalkan kamu, pada
saat sulit dan
penuh bahaya sekalipun,
ketika kamu melihat
hanya ada satu
pasang jejak, itu
adalah ketika aku
menggendong kamu.”
(diambil dari FOOTPRINTS oleh Margareth Fishback)
PUISI MALAM
Terdiam kumembayangkan
Seandainya kau
disini
Menemaniku yang
sendiri
Walau
hanya imaji
Sedikitnya
kubahagia
Meski
hanya khayalku
Biar ku hanyut dalam
suasana
Hangat udara
malam
Kudekap erat
dalam pelukan
Tak ingin
kulepaskan
Walau hanya sesaat
Engkaulah
bulanku
Yang
menyinari malam kelamku
Senyuman
manismu sejukkan hatiku
Ciptakan
kerinduan di jiwaku
Kemanakah langkah
cinta harus berpijak?
Kemana lagi
harus kucari belenggu
biru?
Di mana
akan kutemukan pelita
itu?
Tuk menyinari
ruang hati yang
kosong
Diri ini begitu
sunyi tanpa nafas
cintamu
Hati ini terasa
hampa tanpa jiwa
kasihmu
Karena
kamu adalah matahari
malam
Penghapus
sinar beribu bintang
Langganan:
Postingan (Atom)